About Me



Roro Ayu Panggalih, entah apa alasan orang tua saya memberi nama ini. Setiap kali saya harus memperkenalkan diri, bukan hanya dalam kesempatan wawancara tetapi sejak saya masuk sekolah dasar sampai ke bangku kuliah saya selalu ditanya apa makna dari nama saya ini. Saya balas pertanyaan itu hanya dengan seutas senyuman dan sedikit terunduk malu.
Saat SMP kelas 3, tepatnya ketika pelajaran Matematika, guru saya yang kebetulan adalah orang jawa bertanya apa makna nama saya. Saya kaget, karena beliau menanyakan nama saya di sela-sela kami sekelas sedang mengerjakan soal2 ulangan. Lantas saja saya terperanjak, dan diam tidak tau mau mau menjawab apa. Lalu dengan santai sang guru berkata “Nama sendiri kok gak tau artinya sih kamu ini, nanti pulang kamu tanya sama bapak kamu apa arti nama kamu itu”.
Sepulang sekolahpun saya langsng menanyakan arti nama saya kepada bapak yang saya panggil papa, karena jelas sekali nama saya ini adalah nama orang jawa dan kerana papa saya adalah orang jawa maka saya hanya menanyakan hal ini kepada papa saya bukan kepada ibu yang saya panggil mama. Tanpa menanyakan alasan saya kenapa bertanya seperti itu, papa langsung menjawab:
-          Roro itu diambil dari nama depan mbah putri, Roro Surtini. Jadi karena papa saya sayang sama ibunya, diambillah nama depan mbah putri untuk nama depan saya, yang juga artinya adalah ratu karena identic dengan nama Nyai Roro Kidul dan Nyi Belorong yang merupakan Ratu Pantai Selatan.
-          Ayu, yang bukan orang jawa pun pasti tau apa arti dari Ayu, jadi gak perlu dijelasin panjang lebar karena saya takut nanti timbul fitnah hhahahahahahaaa.
-          Dan terakhir Panggalaih. Jujur, nama Panggalih ini mungkin Cuma ada di nama saya, kalopun ada yaaa mungkin juga dia berjenis kelamin laki2 hhehe. Panggalih itu kalo dalam bahasa jawa  artinya Pemikir, jadi yang namanya ada kata Panggalih itu adalah orang yang suka mikirin sesuatu atau seorang pemikir untuk hal2 baru. Yesss that’s like me.
Overall, nama adalah anugerah, dan orang tuapun ngasih nama anaknya gak sembarang ngasih. Ada terselip doa dibalik sebuah nama, dan saya bersyukur diberi nama yang aneh , karena saya berbeda dari nama-nama umumnya dan Alhamdulillah dari nama saya ini saya selalu diingat oleh banyak orang J.
Sahabat sosmed, sebenarnya sesi ini adalah sesi perknalan diri sih, tapi sebelum kalian bertanya tentang makna dari nama saya lebih baik saya uraikan terlebih dahulu makna dan proses yang terjadi selama 20 tahun saya menyandang nama tersebut.
Keseharian saya dipanggil Ayu oleh teman2 saya ketika SD, tetapi beranjak SMP karena ada nama Ayu juga di sekolah jadi saya dipanggil Roro. Dan panggilan itu berlanjut hingga ke bangku kuliah. Dan bahagianya lagi, karena banyak teman2 baik di kampus, karena nama Roro ini saya mendapat panggilan sayang dari teman-teman saya misalnya Ro’or, Rongrong, Pororo, Kuncen, Sist, Piiiaji, Roh, dan beberapa panggilan sayang lainnya (saya lupa euiii). Saya menikmati panggilan sayang teman-teman saya ini karena menurut saya, ini pertanda mereka sayang kepada saya.
Bukan hanya di kampus, tetapi di rumah pun saya dikenal dengan panggilan Cak Ayu atau Bocak. Tua muda, remaja anak2, bahkan nyai2 sayapun memanggil saya dengan nama Cak AYu. Dan otomatis orang di sekitar rumah saya hanya kenal dengan saya sebagai Cak Ayu bukan Roro Ayu Panggalih. Ini terbukti ketika saya kuliah semester 1. Ada kiriman paket ke alamat saya, karena saya salah mencantumkan nomer rumah jadilah itu paket terdampar di rumah tetangga saya, dan tetangga saya pun menyatakan jika ia gak tau sama yang namanya Roro Ayu Panggalih. Alahhhh,,,,,apa2an coba, akhirnya sii kurir menelepon saya dan menanyakan nomer rumah saya. Alhandulillah paket itu nyampe juga.
Saya adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Sebenarnya sih kita berempat tapi karena adik ketiga saya sakit hepatitis dan Allah berkehendak lain, maka dy harus duluan pergi ke surga sebelum giliran kami. Well….saya anak perempuan satu2nya, empat saudara saya lainnya adalah laki-laki.
Roro ayu panggalih
Abdul Maalikul Mulki
Muhammad Rizqy Santoso (Alm)
Bagas Mukti Panguripan
Saya adalah anak dari buah cinta papa dan mama saya. Papa saya dari jawa dan mama saya asli Palembang. Masa kecil saya gak banyak diasuh oleh orang tua nii sejujurnya, karena orang tua saya kerja yaa otomatis saya diasuh sama tetangga saya. Makanya, dari kedua saudara saya yang masih hidup saya termasuk yang gak bisa deket sama orang tua hhehe.
Saya lahir di banyuasin, pada tanggal 05 Oktober 1991, hari sabtu. Menurut papa saya, orang yang lahir hari sabtu itu bagus tapi beliau gak ngasih tau apa makna dari kata ‘bagus’nya itu.
SD saya bersekolah di SD N 05 Kecamatan Sembawa, SMP di SMP N 01 Sembawa dan SLTA saya sekolah di sekolah pertanian SPP N Sembawa. Sebenarya sih gak niat banget mau sekolah di SPP karena backgroundnya yang pertanian tapi karena hidup adalah pilihan, mau gak mau saya harus memilih. Karena dari sekolah pertanian otomatis Kuliah juga harus ngambil fakultas pertanian, dan untuk merubah nasib, saya ambil jurusan social ekonomi, jadi ada nyambung sama ekonomi2nya dikit.
Selama di kampus banyak perubahan yang terjadi pada diri saya. Bukan hanya dari segi status yang dari siswa jadi mahasiswa, tetapi kampus adalah tempat dimana saya memutuskan untuk berhijab pertama kalinya. Ada goncangan batin tentunya, antara menutup arat dengan sempurna atau hanya di kampus saja. Tetapi Alhamdulillah karena awal kuliah saya mengenal teman2 yang notabennya sudah lama berhijab dan mereka memberikan banyak pelajaran tentang hokum hijab, akhirnya saya memutuskan Sah berhijab saat itu juga.
Saya tinggal di Banyuasin, tempat yang cukup jauh dengan kampus saya di Indralaya. Dengan keadaan yang demikian maka saya harus menjadi anak kos. Awal kehidupan yang sebelumnya gak pernah sama sekali saya bayangkan. Hidup jauh dari orang tua, uang saku yang dijatahin tiap minggunya, dan yang paling buat saya nangis beberapa hari adalah ketika saya gak dapet jamuan makan dari mama saya lagi. Yaaaa karena saya adalah tipe orang yang maunya dilayani bukan melayani jadi sulit untuk beradptasi dengan keadaan yang demikian.
Tetapiii, kembali lagi pada hakikat kehidupan bahwa hidup itu harus memilih, antara menjadi yang baik atau yang buruk. Karena hidup itu harus ada perubahan, dari yang gak bisa jadi bisa, dari yang males jadi rajin, dan dari yang sulit jadi mudah. Karena menyadari akan hal ini, saya mencoba membiasakan diri untuk hidup lebih kuat dari sebelumnya, minum susu tiap pagi diganti dengan minum air putih, sarapan pagi dengan hidangan yang lengkap diganti dengan gorengan atau nasi uduk yang isinya sebungkus itu Cuma 2 sendok, dan uang yang tadinya kalo mau apa2 tinggal minta berubah jadi hemat dan harus irit.
Inilah dinamika kehidupan, bukan hanya proses selama karir kemahasiswaan saja kita dihadapkan dengan kenyataan hidup yang gak seindah ketika berada di tengah2 keluarga, bahkan pasca kerir perkuliahan pun akan lebih berat lagi dari pada sekedar menjadi anak kos.
Sahabat sosmed, saya Cuma anak dari pegawai negeri sipil, yaa yang gajinya gak seberapa. Bahkan untuk kuliah dan makan di rumah pun ibu saya harus membagi uang itu sedemikian rupa biar cukup untuk jatah sebulannya. Karena keadaan ekonomi keluarga yang seperti ini saya dituntut bukan hanya harus kuat mengahadapi perubahan hidup yang semakin keras, tetapi juga masalah uang yang harus menerima jika gak bisa seperti teman2 kampus saya.
Apresiasi yang sangat besar saya berikan kepada orang tua saya karena dapat meyekolahkan saya sampai ke jenjang perkuliahan. Karena gak sedikit para orang tua yang melarang anaknya untuk kuliah dengan alasan dana. Dan walaupun saya gak dapet beasiswa pendidikan di kampus, yang hampir semua teman2 saya dapet, yaa bukan karena saya bodoh atau kaya, tapi lagi-lagi ini adalah aturan Allah,  tetapi saya mampu untuk meyelesaikan kuliah hingga semester akhir saat ini.
Saya yakin akan janji Allah yang tidak akan menyulitkan hambaNya yang benar2 serius untuk menjadi manusia yang bemanfaat, dan ini adalah salah satu tujuan saya kuliah agar nantinya saya mampu menjadi manusia yang bermanfaat untuk orang lain.
Saatnya sudah tiba, dan akan ada tulisan sambungan lainnya ketika saya telah mendapat pekerjaan dan proses mengejar pekerjaan itu seperti apa. Next time may be, karena saat ini jari saya sudah gak sekuat ketika saya menulis untuk pertama kalinya. J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar